Apakah Anda pernah melihat gedung-gedung berdesain futuristik dengan bentuk yang unik dan tidak terduga? Desain seperti itu adalah hasil dari perpaduan antara arsitektur modern dengan filosofi postmodern. Sejak tahun 1950-an hingga 1970-an, arsitektur modern telah menjadi pilihan utama dalam membangun bangunan-bangunan dengan bentuk yang sangat sederhana dan minimalis. Akan tetapi, pada akhir tahun 1970-an hingga awal 1980-an, sebuah gerakan baru dalam desain arsitektur muncul, yaitu arsitektur postmodern.
Pendekatan baru ini muncul karena banyaknya kritik terhadap desain arsitektur modern yang dinilai terlalu monoton dan membatasi kreasi arsitek. Arsitektur postmodern memilih untuk mengabaikan kaidah dan aturan yang berlaku dalam desain arsitektur modern. Dalam arsitektur postmodern, arsitek diizinkan untuk berkreasi dan menghasilkan desain yang lebih kreatif dan inovatif.
Ciri-ciri Arsitektur Postmodern
Arsitektur postmodern memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan arsitektur modern. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Gaya Ekspresionis
Arsitektur postmodern menampilkan gaya ekspresionis yang lebih bebas daripada arsitektur modern yang cenderung kaku dan formal. Gaya ekspresionis ini mencakup banyak unsur seperti ornamen, warna, dan bentuk yang tidak biasa.
Penggunaan Lelucon Visual
Arsitektur postmodern juga sering kali memanfaatkan lelucon visual untuk memperlihatkan kreativitas arsitek. Lelucon ini digunakan dalam bentuk dekorasi, warna yang berani, dan bentuk-bentuk yang tidak biasa.
Penggunaan Material yang Beragam
Bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi bangunan pada arsitektur postmodern tidak terbatas pada beton atau baja seperti halnya dalam gaya modern. Arsitek postmodern juga cenderung menggunakan bahan-bahan seperti kayu, batu alam, atau keramik.
Merespon Konteks Lokal
Arsitektur postmodern juga menempatkan konteks lokal menjadi hal yang utama. Bangunan postmodern akan menempatkan dirinya dengan baik di lingkungan di mana bangunan itu berada untuk menciptakan keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya.
Arsitektur Postmodern di Indonesia
Arsitektur postmodern tumbuh pesat di Indonesia pada era 1980-an hingga 1990-an. Salah satu contoh bangunan postmodern di Indonesia adalah Menara Bank Danamon di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Menara ini didesain oleh arsitek Henry Siahaan, dengan bentuk yang unik dengan lima puncak menyerupai tumpukan uang logam.
Contoh lainnya adalah Gedung Bina Nusantara di Jakarta Selatan, yang didesain oleh arsitek Frederich Silaban pada era 1990-an. Gedung yang terdiri dari dua menara ini mempertontonkan unsur-unsur postmodern yang kuat seperti bentuk yang tak biasa dan penggunaan warna-warna cerah.
Kritik terhadap Arsitektur Postmodern
Kehadiran arsitektur postmodern juga mendapat kritik dari banyak kalangan. Kritik utama adalah bahwa arsitektur postmodern terlalu berlebihan dalam penggunaan ornamen serta bentuk dan detail yang rumit sehingga bangunan postmodern lebih sulit untuk dipelihara dibandingkan bangunan modern.
Kritik kedua adalah bahwa arsitektur postmodern menciptakan konteks visual yang berlebihan dan berlebihan, yang dapat mengganggu kesan dan fungsi bangunan itu sendiri.
Kesimpulan
Arsitektur postmodern adalah sebuah gerakan desain arsitektur yang menampilkan gaya kreatif dan ekspresionis. Arsitek postmodern memilih untuk melanggar aturan-aturan modern dan merangkul kreativitas mereka sendiri untuk menghasilkan bentuk dan detail dalam desain mereka. Meskipun menimbulkan beberapa kritik, arsitektur postmodern terus menjadi salah satu gaya desain arsitektur yang paling menarik dan menawan.